BACK LIGHT
06.49
Back Light
Oleh: Darwis Triadi
Sesungguhnya esensi fotografi adalah bermain dengan cahaya. Bila kita mampu memainkan dan menyiasati arah datangnya cahaya ke obyek foto dengan baik dan benar, tentu akan menarik dan menghasilkan karya fotografi yang bagus. Tapi bila kita salah, tentu hasilnya akan mengecewakan.
Arah datangnya cahaya terhadap subyek foto memiliki beberapa kemungkinan yaitu: dari depan/ frontlight, belakang/ backlight, samping kiri atau kanan/ sidelight, atas/ toplight, dan bawah/ bottomlight. Tiap-tiap arah datangnya cahaya tersebut mempunyai keuntungan, kerugian, dan kesulitannya masing-masing dalam pemotretan.
Untuk edisi kali ini, saya akan membahas mengenai backlight, dimana arah datangnya cahaya dari belakang obyek foto. Backlight menjadi “perburuan” karena tingkat kesulitan dalam pemotretan untuk sumber cahaya seperti ini. Hasil foto yang dihasilkan dari cahaya backlight juga bisa beragam dan luar biasa jika berhasil dipergunakan dengan baik.
Memotret dengan teknik backlight tentunya dapat memisahkan antara obyek dan background sehingga foto menjadi berdimensi. Selain itu, beragam efek lainnya dari teknik ini menghasilkan foto seperti: siluet, translucency, rimlight termasuk flare. Soal hasil, kembali lagi kepada teknik digunakan fotografer.
Biasanya, dengan teknik ini kita dapat menghasilkan gambar siluet yang cenderung under exposure (UE). Namun foto dengan teknik backlight juga bisa menghasilkan gambar yang tidak under exposure bila kita menambahkan cahaya yang sifatnya fill in.
Cahaya fill in ini tentunya tidak sebesar cahaya main light, dengan tujuan agar terjadi gradasi cahaya yang membuat foto berkesan dramatis dan memiliki nilai seni. Dengan teknik backlight, memberikan cahaya pinggir yang mempesona dan membuat bentuk-bentuk obyek tampak lebih jelas terlihat. Bila bermain tekhnik backlight di studio, letakkan sumber cahaya di belakang obyek. Kemudian kita bisa mempergunakan sumber cahaya lain sebagai fill in. Bisa di depan obyek, bisa juga dari samping atau pun bawah sesuai keingin kita.
Sebuah Renungan : By Darwis Triadi
Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses menentukan setiap tapak langkah kita. Yang membuat “lebih” dari langkah kita adalah kemampuan memanfaatkan waktu untuk melakukan beragam hal dengan maksimal. Baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Lantas, apa artinya waktu bagi kita sebagai fotografer?
Menurut saya, sebuah foto berusaha menangkap waktu. Kamera, membekukan, dan mengabadikannya. Tapi yang terekam hanyalah citra dari sebuah pemandangan di depan kamera. Waktu selalu ada di luar foto-foto itu, sehingga penafsiran sebuah foto selalu dipengaruhi oleh historisitasnya kapan seseorang memandang foto itu. Gambar dalam foto boleh terandaikan abadi, namun maknanya selalu bergeser bersama waktu.
Foto merupakan kala citra. Kala berarti waktu, dan citra adalah gambaran. Gambar-gambar yang terekam oleh kamera terbagi oleh citra yang berdimensi waktu. Waktu, menurut saya sebagai seorang fotografer adalah: moment. Apalah artinya sebuah gambar bila moment yang saya rekam tidak memberikan sebuah roh atau jiwa dari foto tersebut. Andai saja kita tidak bisa menggunakan waktu dengan baik, maka moment sebuah obyek foto akan “menguap” atau terlewatkan begitu saja.
Saya akan mencoba mengutip sebuah pepatah bijak. “Bila kau ingin tahu apa artinya waktu 1 tahun, tanyakan pada siswa yang tidak naik kelas. Makna 1 bulan, tanyalah kepada ibu yang melahirkan premature. Makna 1 minggu, tanyalah seorang editor majalah mingguan. Makna 1 hari, tanyalah seorang yang bekerja dengan gaji harian. Makna 1 jam, tanyalah seorang gadis yang sedang menunggu kekasihnya.
Kemudian, makna 1 menit, tanyalah seorang yang ketinggalan kereta. Bila kau ingin tahu apa artinya watu sedetik, tanyakan pada atlet lari 100 meter. Atau jika kau ingin tahu tentang makna waktu dan hidup, tanyakan pada orang yang akan dihukum mati esok hari.” Berikutnya, apa rahasia terbesar dalam hidup ini? Menurut saya, jalani kehidupan hari ini dengan penuh makna. Waktu kadang terasa cepat, kadang pula lambat. Selama perjalanan hidup ini, waktu menjadi guide line hidup saya ke depan. Dengan menghargai waktu, sudah sepantasnya kita membuat rencana hidup menjadi lebih bermakna untuk diri saya dan masyarakat pada umumnya.
Saat kaki melangkah untuk mewujudkan cita-cita, terkadang bisa berubah tanpa kita sadari. Semua sudah ada yang mengatur yaitu: TUHAN. Kita tak boleh menyesali, mengapa tidak sesuai rencana yang kita inginkan. Harus disadari, tak seorang yang mampu membuat sebuah rencana hidup dengan sempurna. Semua sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Percayalah, pasti ada sebuah rencana besar yang sudah TUHAN buat untuk diri kita.
Ketika merenungkan lagi tentang Sang Waktu, saya makin tak tahu. Semakin saya renung, makin misterilah Sang Waktu. Yah, lebih baik saya jalani saja waktu. Kehidupan berjalan terus beriringan dengan Sang Waktu. Kapan berawal, kapan berakhir, kapan hidup, kapan mati, siapa yang tahu?
Contohnya seperti perjalanan hidup saya sebelum menggeluti dunia fotografi. Pada awalnya saya sudah berprofesi sebagai pilot. Tetapi, selama berjalannnya waktu, hati dan pikiran ini mengarahkan saya untuk menekuni profesi sebagai fotografer. Padahal teknik fotografi belum saya kuasai. Karena waktu sudah menjadi guide line hidup saya, maka saya berusaha sekuat tenaga dan sebaik mungkin untuk memanfaatkan waktu menjadi lebih berarti bagi diri saya dan masyarakat. Saya manfaatkan waktu untuk terus belajar dan berkarya.
Dan kini seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, I only lives in twice. Once as a pilot and the other one as a photographer. Waktu adalah sesuatu yang tak akan pernah kembali. Dia akan berjalan terus, walaupun ada yang menangis bersujud memintanya berhenti. Orang yang hebat adalah orang yang bisa berjalan beriringan dengan waktu. Bukan orang yang tertinggal oleh waktu.
Tips Memotret Wajah Dengan Karakteristik Khas
06.34
Kadangkala kita diminta memotret wajah teman atau kenalan yang memiliki karakteristik wajah yang khas (dalam pengertian kurang baik, misalnya: hidung yang pesek, pipi tembem, kupingnya gede dll) – karena tiada manusia yang sempurna.
Kita bisa mencoba beberapa teknik pemotretan tertentu agar teman tadi tetap kelihatan oke, teknik pemotretan ini bertujuan mengurangi “efek negatif” dari karakteristik yang sudah disebutkan tadi.
Tips Pemotretannya sebagai berikut :
1.Jika kepala teman anda botak, potretlah dari angle yang rendah (kamera agak mendongak keatas) dan jika anda menggunakan pencahayaan tambahan, usahakan agar tidak ada sumber cahaya yang memantul di kepalanya
2.Jika wajahnya memiliki kerutan yang banyak atau banyak jerawatnya, gunakan sumber cahaya yang arahnya dari depan, bukan dari samping. Cahaya yang datang dari samping akan memperjelas tekstur kerutan ini
3. Jika teman anda telinganya gede, aturlah pose mereka supaya hanya satu telinga yang terlihat dan usahakan agar telinga yang terlihat ini tidak tampak menonjol
4. Jika teman anda pesek, potretlah dari depan dan aturlah pose-nya agar muka menatap lurus ke depan.
5. Jika teman anda dagunya berlipat dua, aturlah pose-nya agar menatap lurus ke kamera dan usahakan agar kepala agak condong ke depan sehingga lipatan dagu berkurang
6. Jika wajah teman lumayan tembem, kasih tahu supaya diet (he he) lalu aturlah pose-nya agar menatap serong ke kanan atau kiri namun jangan sampai lurus ke samping, serong sedikit saja.
kredit foto; sektor dua
catatan: foto diatas hanya sebagai contoh, modelnya cantik dan tidak ada masalah apapun dengan wajahnya.
Sumber : http://belajarfotografi.com